Senin, 05 November 2012

Merajut Angin Menyulam Badai


MOHON DOA RESTU DAN TAWARAN KERJASAMA UNTUK PENERBITAN BUKU


               Naskah-naskah ini merupakan hasil pengamatan dan penelitian melalui studi kepustakaan yang bersumber pada naskah-naskah lama yang historis dan catatan-catatan cerita tutur yang terdapat dalam tulisan-tulisan tangan para tokoh dan sesepuh Jawa serta wawancara dengan banyak ulama khawas, tokoh-tokoh Ba’ Alwi dan mistikus Jawa.
               Penulis berasumsi bahwa penggunaan cerita-cerita tutur kiranya perlu digalakkan karena dalam sejarah kebudayaan, anggapan dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat juga merupakan fakta sejarah yang mempunyai arti tersendiri di samping kemungkinan penggunaannya sebagai bahan perbandingan dan pengkajian yang akan memungkinkan ditemukannya kenyataan-kenyataan sejarah lebih lanjut.
               Dengan demikian maka kepada pembaca disajikan sumber dan bahan yang sampai sekarang kurang atau tidak dikenal orang, sehingga tulisan ini amat berharga, selain itu karena sampai kini belum banyak diketahui. Orang menulis biografi para tokoh Islam pada masa peralihan di Nusantara secara menyuluruh dan utuh. Karya ini merupakan langkah awal dalam upaya menelusuri jejak-jejak para wali di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan aktivitas dan ajarannya.
               Buku ini adalah buah dari amanat yang diberikan berbagai pihak kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menulis tentang para tokoh Islam masa awal yang berpengaruh di Indonesia dan ditulis setelah sebelumnya dilakukan riset panjang bertahun-tahun berupa penelusuran situs-situs sejarah, dokumen, arsip, menuskrip dan studi kepustakaan di beberapa kota Nusa Jawa sebuah kerja ilmiyah yang cukup melelahkan.Menggali peninggalan purba bukanlah pekerjaan sepele, apalagi yang digali berkaitan dengan kesejerahan Arab-Islam.Ada sebagian kawan yang menganggap riset ini sia-sia, pemaksaan ide dan “melawan arus”. Penulis sepenuhnya menyadari akan hal ini.Memberi tempat yang lebih tinggi bagi patriotisme di atas “kebenaran sejarah” mungkin hanya pantas bagi seorang pelukis atau wartawan atau politisi, tetapi tidak layak dilakukan oleh seorang sejarawan selaku sejarawan.
Studi ini hanyalah satu sisi kecil dari upaya untuk menjawab kesejarahan Islam di Nusantara (wabil khusus Jawa-Sunda) yang hingga kini masih berupa belantara dan semak belukar yang diselimuti kabut tebal. Sebagai jawaban itupun masih jauh dari memadai, apalagi untuk ukuran studi sejarah. Meski demikian, penulis mengharap studi ini bisa menjadi stimulant bagi kajian sejarah di Nusantara yang masih merupakan barang yang masih sangat langka.
               Di awal penelitian ada beberapa hal yang kurang memuaskan penulis dalam hal penyingkapan sejarah hidup  tokoh-tokoh yang dianggap keramat semisal raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya. Dengan kenyataan ini, penulis merasa perlu melibatkan diri berbaur dengan mereka, di lain pihak tidak mudah mengorek keterangan yang menyangkut kehidupan pribadi tokoh-tokoh yang dikeramatkan, maka penulis dihadapkan pada satu dilema, apakah harus memfokuskan pada studi perpustakaan dengan resiko tidak memperoleh sejumlah informasi yang relevan ataukah meneliti berbagai cerita tutur dengan resiko tidak memadai latar belakang  sang tokoh yang diteliti. Penulis memutuskan mengambil kedua-duanya karena bagi penulis relevansi dan latar belakang sama-sama penting dari sejarah satu tokoh yang dikeramatkan.
               Penulis mulai dengan menelusuri situs-situs agama di seantero Nusa Jawa, menetap cukup lama di setiap situs, hal ini untuk mengetahui cerita tutur situs keramat ajaran dan silsilahnya, dengan pola ini dan berbekal kemampuan berbahasa daerah. Penulis dapat menciptakan hubungan baik dan memperoleh banyak infomasi penting. Penulis mengunjungi lebih dari puluhan tempat keramat dan tinggal cukup lama di berbagai situs keramat, tempat-tempat yang menarik para pengunjung itu hampir seluruhnya merupakan makam orang-orang yang diagungkan dengan beragam kedudukan.
               Studi ini juga mengambil manfaat besar dari pembicaraan dengan para musafir yang dikenal dengan “Sarkub” (Santri Kuburan) di alas Purwo, di alas Ketonggo, Puncak Songolikur Gunung Muria, Ujung Kulon dan berbagai makam keramat di seantero Jawa dan Madura. Di antara mereka, dengan siapa penulis banyak berdiskusi adalah Kyai Haji Mujazien Mahmud Kolomayan Blitar, Gus Robert Ploso Kediri, Gus Jamil Watukumpul Pemalang, Gus Nurkholis Welahan Jepara, Kang Jamal Kedirl, Edy Nasrullah lereng Gunung Slamet, Kang Natsir Abdullah Kalisapu Cirebon, Kang Ujang Hidayat Pandeglang Banten dan Dr. Rudi Jakarta, Kang Udin Kebumen, Habib Husein Gresik, Habib Haiqal Baraqwan Jakarta, Kang Djuari Banjarmasin, Kang Marwoto Kutai, Mbah Bo Sumoroto dan Mbah Mantri Atmo Ponorogo.
               Hal lainnya, dalam karya ini nantinya para pembaca diajak berziarah pada konsep filosofis yang wujud dan maujud serta perjalanan rohani para tokoh tanah leluhur menuju yang mutlak menyusur jauh pada asal usul para tokoh tanah leluhur hingga berjumpa dengan para guru mursyid yang mengajarkan Islam kepadanya, seperti Prabu Sri Aji Jayabaya berjumpa dengan Syaikh Maulana Abu Syamsuddin dan Syaikh Maulana Ali Syagalor, Prabu Guru Aji Putih dari Kerajaan Tembong Agung berjumpa dengan Sayyidina Ali, Prabu Siliwangi berjumpa dengan Syaikeh Quro dan Sayyid Ali al Paseh Panjalu, Prabu Brawijaya I dari Majapahit berjumpa dengan Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan sebagainya
               Kisah masuk Islamnya tokoh-tokoh seperti Raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I,  dalam cerita-cerita sejenis babad, asal-usul, ajaran dan kiprah para penyebar agama Islam di masa awal dianggap penuh dengan kontroversi. Polemik terjadi tatkala kitab-kitab rujukan yang berbeda kita jajarkan. naskah para Tokoh Tanah Leluhur ini sangat menarik karena memberikan perspektif baru dalam cara baca maupun pandang terhadap sejarah. Dengan merujuk pada kitab-kitab versi Cirebon, Banten, Solo, Yogyakarta, Tuban, Lamongan, Gresik, Kediri maupun Ponorogo. Karya ini mampu menghadirkan sisi-sisi kemanusiaan para tokoh tanah leluhur dan hadir tanpa absurditas dan paradoksa.
               Kenyataan tentang perbedaan sumber historiografi inilah yang diam-diam telah mendorong dan memotivasi hadirnya karya yang menyajikan kisah raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya, raja Tembong Agung Prabu Guru Aji Putih, raja Pajajaran Prabu Siliwangi, raja Majapahit Prabu Brawijaya I dari sisi lain, dengan sumber-sumber asal Banten, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Gresik, Surabaya, Malang, Kediri, Ponorogo dapat menemukan kisah Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I dalam bentuk yang berbeda dengan yang kita kenal selama ini.
               Melalui sumber-sumber historiografi asal Sunda (Cirebon, Banten) ditambah sumber-sumber naskah dari Jawa (Solo,Yogyakarta,Gresik, Surabaya, Kediri, dan Ponorogo) dan pendekatan perstehen, dapat ditangkap gambaran utuh para tokoh tanah leluhur berserta ajaran-ajarannya. Yang paling mengejutkan gambaran utuh para tokoh yang terbangun dalam konstruf pemahaman peneliti dalam menyusun karya ini ternyata bertolak belakang dengan pencitraan dan stigma yang selama ini berlaku atas para tokoh tersebut.
               Gambaran Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I, dalam konstruf pemaparan karya ini, apakah professional dan lebih obyektif dibanding gambaran yang dibangun sumber-sumber historiografi sejenis babad. Yang jelas, menyusun gambaran utuh Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I ke dalam bentuk kualitatif sesuai tuntutan metodologis, mengalami banyak kesulitan bahkan kemustahilan. Karena keberadaan Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I dan ajarannya terkait dengan pergulatan sisi religius, ideologis, dogma, doktrin dan pengalaman rohani yang sulit diajarkan oleh kaidah ilmiah yang bertolak dari paradigma, postulat, dan aksioma sekuler materialistis. Oleh karena itu, karya ini memilih alternatif paling memungkinkan yakni menyajikan hasil tangkapan terhadap para sosok tokoh tanah leluhur dan ajarannya dalam bentuk pendekatan filosofis.
               Keputusan untuk menuangkan hasil pendalaman tentang para tokoh leluhur para wali dengan melalui pendekatan filosofis, selain dimaksudkan untuk mengatasi faktor kesulitan teknis, metodologis, juga diharapkan bisa memudahkan masyarakat pembaca, memahami kisah ini dari sisi yang berbeda. Sebab melalui pendekatan filosofis pengungkapan dan pemaparan hal-hal yang bersifat abstrak, absurd dapat dijembatani.
               Yang lebih mendasar, kisah raja Nusantara semisal Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I melalui pendekatan filosofis ini dimaksudkan juga untuk menghindari terjadinya pro dan kontra yang mengarah pada perdebatan klise yang berlarut-larut. Keberadaan karya Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I ini, memang tidak untuk perdebatkan secara ideologis, politik dan agamis. Karena di dalamnya selain terdapat paparan deskriptif, ungkapan-ungkapan metafonk, konotatif, personifikasi dan asosiatif juga terdapat refleksi dari hasil pengendapan renungan kontemplatif, pengalaman rohani pribadi dan tentunya tak ketinggalan gambaran-gambaran imajinatif yang absurd.
               Para pelaku dalam cerita para tokoh ini digambarkan sebagai manusia dengan berbagai perwatakan yang khas. Meski ditampilkan dalam bentuk individu-individu, mereka pada dasarnya bukan mewakili manusia dalam kapasitas pribadi. Mereka mewakili fenomena-fenomena, naluri-naluri, sifat-sifat, perilaku-perilaku dan kecenderungan nafsu terdalam manusia sebagaimana dikenal dalam ajaran sufi. Itu sebabnya sebagian naluri, sifat, perilaku kecenderungan nafsu manusia ketimbang mewakili individu manusia histories. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pun tidak sekedar mewakili waktu dan tempat pada bentangan sejarah tetapi juga mengungkapkan simbol-simbol. Perkembangan jiwa manusia menuju kesempurnaan sebagaimana dikemukakan oleh ajaran sufi.
               Diharapkan dengan hadirnya buku ini masyarakat pembaca akan memiliki cakrawala baru. Bukan hanya mengenai apa dan siapa sebenarnya Prabu Sri Aji Jayabaya dan Syaikh Maulana Abu Syamsuddin serta Syaikh Maulana Ali Syagalor ini, r, Prabu Guru Aji Putih dan Sayyidina Ali, Prabu Siliwangi dan Syaikeh Quro serta Sayyid Ali al Paseh Panjalu, Prabu Brawijaya I dan Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan sebagainya dan sebagainya melainkan yang lebih fundamental adalah munculnya perspektif baru tentang dinamika ajaran tauhid yang bersifat universal.

Naskah-naskah yang di tawarkan untuk di terbitkan adalah:

NASKAH PERTAMA berjudul: “Menyingkap Tabir  Misteri Ramalan Jayabaya” [Goro-goro 2017 dan Zaman Keemasan 2023] yang  DAFTAR ISI nya antara lain:

BAGIAN I SERAT BABAD    KEDIRI & ISLAMISASI RAJA JAWA                                
            1. Silsilah Raja-raja Kediri                                                                       
            2. Peninggalan Benda-benda Bersejarah                                               
            3. Masuknya Agama Islam Ke Nusantara                                         
            4. Islamisasi Raja-raja Kediri – Majapahit                                        
BAGIAN II MAULANA ABU SYAMSUDDIN [PANGERAN MEKAH]    
1. Pembeberan Kitab Musarrar                                                             
2. Murid Pesantren Ruhuun                                                                   
3. Guru Raja Kediri Prabu Aji Jayabaya                                                
4.Temuan Arkheologis                                                                         
5. Situs Keramat Agung Setono Gedong Kediri                               
6. Misteri Pemartilan Epigraf                                                                
7. Misteri Atas Makam Sayyidah Fatimah                                           
8. Lahirnya Masyarakat Islam Di Jawadwipa                                        
BAGIAN III PRABU SRI AJI JAYABAYA (Raja Kediri)                              
            1. Raja Yang Waskita                                                                          
            2. Jaringan Santri Ruum Turki                                                  
            3. Pembuktian Terbalik                                                            
4. Intisari dan Rahasia Jangka Jayabaya                                               
5. Menelusuri Jejak Satria Piningit                                                        
            6. Misteri Tanda-tanda Akhir Zaman                                                    
7. Zaman Kalabendu (Penuh Bencana) 1998 – 2017                
8. Misteri Angka 19 Antara Pulangnya Mahluk Segitiga Bermuda Dan  Munculnya Sang Ratu Adil                                                 
9. Munculnya Sang Ratu Adil (Herucokro) 2019                                  
10. Konsep Kepemimpinan Islam – Jawa                                             
11. Zaman Kalasuba (Keemasan) Indonesia 2023                                
BAGIAN IV FORMULA WIRID MENGHADAPI AKHIR ZAMAN           
             1. Khasanah Wirid Para Pinisepuh Nusa Jawa                         
             2. Seruan Para Rijalullah Bumi Menghadapi Zaman Edan                     
             3. Dahsyatnya Ayat-Ayat Allah Dan Ancaman Iblis                 
4. Susunan Wirid Para Wali Allah Nusa Jawa                           
BAGIAN V RITUAL DAN TRADISI MISTIK ISLAM JAWA                 
              1. Ngalab Berkah Di Petilasan Prabu Sri Aji Jayabaya                          
              2. Makna Simbolis Di Balik Ritual Dan Ruwatan                                  
              3. Perburuan Pulung Sang Ratu Adil (Herucokro)                               
BAGIAN VI KERAMAT &  MAKAM PINISEPUH NUSANTARA              

NASKAH KEDUA berjudul: “Menelusuri Jejak Spiritual dan Tapa Brata Sang Pencerah_Goes Miek” (Memahami Jadzb Seorang Wali Majdzub dan Perjalanan Rohani Sufi Malamatiyyah)  yang  DAFTAR ISI nya antara lain:

BAGIAN PERTAMA:
SELINTAS SEJARAH HIDUP GUS MIEK

Garis Keturunan Sayyid
Masa Belajar Di Watu Congol
Kegilaan (Jadzb) Seorang Wali Majdzub
Seputar Aktivitas dan Tingkah Laku Wali Majdzub
Seorang Mamalit Yang Peduli Umat
Pro dan Kontra Terhadap Jadzb-nya Gus Miek
Mencari Sangkan Paraning Dumadi
Kemampuan Mukasyafah (Supranatural) dan Karomah
Tingkatan dan Klasifikasi Wali

BAGIAN KEDUA:
MAJELIS SEMA’AN AL-QUR’AN DAN DZIKRUL GHOFILIN

Ashhabul Wurud Sema’an al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin
Sema’an al-Qur’an Sebagai Pusat Utama Dakwah
Jaringan Para Ulama Jawa
Menyentuh Rahmad di Keraton Yogyakarta
Sema’an Al-Qur’an/Dzikr al-Ghafilin dan Pembaharuan Tarekat

BAGIAN KETIGA:
MENELUSURI PEMIKIRAN PEMIKIRAN MODERAT

Mata Rantai Tasawuf Gus Miek
Jejak Ajaran Pondok Pesantren Gebang Tinatar
Konsep Insan Kamil
Ajaran, Praktik dan Implikasi Dawuh Goes Miek
Mencintai Muhammad SAW
Jejak Sang Mursyid

BAGIAN KEEMPAT:
DZIKRUL GHOFILIN MENGHADAPI AKHIR ZAMAN

Pengertian Dzikir
Struktur Dan Materi Dzikrul Ghofilin
Dzikrul Ghofilin Dalam Menghadapi Zaman Edan
Kekuatan Do’a Dan Syair Dzikrul Ghofilin Gus Miek

BAGIAN KELIMA:
RITUAL DAN TRADISI MISTIK ISLAM JAWA

Tradisi Jum’at Kliwon-Jum’at Legi dan Dzikrul Ghofilin
Ngalab Berkah Di Situs Keramat Aulia Tambak Kediri
Makna Simbolik Dibalik Ritual
Perburuan Pulung Dan Wangsit

BAGIAN KEENAM
NAPAK TILAS LELAKU SPIRITUAL GUS MIEK

Keramat Dan Makam Para Leluhur Gus Miek
Situs Keramat Setono Gedong (Maulana Abu Syamsuddin)
Situs Keramat Bedalem (Sunan Kalijaga)
Situs Keramat Setono Landean (Syaikh Abdul Mursyad)
Situs Keramat Gunungsari (Syaikh Syafi’i Sulaiman)
Situs Keramat Srigading (Syaikh Basyaruddin)
Situs Keramat Semarum (Syaikh Muhammad Mesir)
Situs Keramat Tegalsari (Kyai Ageng Muhammad Besyari)
Situs Keramat Nlgorog (Kyai Ageng Yahudho)
Situs Keramat Badal (Kyai Ageng Tukum)

NASKAH KETIGA berjudul: “Menelusuri Jejak Santri Majapahit-Pajajaran Sepanjang Sejarah Nusantara” (Potret tokoh dan Pergumulan Mistik Islam Jawa-Sunda) yang  DAFTAR ISI nya antara lain:

01. Prabu Brawijaya  Majapahit (Sunan Manguntapa)                          
            A. Cerita Babad                                                                                  
            B. Silsilah Majapahit                                                                
            C. Sandyakala Majapahit                                                                     
            D. Ajaran Sangkan Paraning Dumadi                                       
            E. Peninggalan Arkheologis                                                                             
02. Maha Patih Gajah Mada (Kanjeng Kyai Ageng Tukum)                 
            A. Cerita Kontroversi                                                              
            B. Sumpah Palapa                                                                               
            C. Misteri Perang Bubat                                                                      
            D. Islamnya Mahapatih Gajah Mada                                                   
            E. Ajaran Sedulur Papat Lima Pancer                                      
            F. Konsep Kepemimpinan                                                                   
            G. Situs Astana Gajah dan Temuan Arkheologi                        
03. Pangeran Arya Damar (Sunan Padamaran)                                     
A. Cerita Babad Majapahit                                                                  
B. Raja Berdarah Campuran                                                    
            C. Menumpas Pemberontakan-pemberontakan                        
            D. Membangun Nilai-nilai Baru Islam                                       
            E. Mengembangkan Ajaran Tarekat Akmaliyyah                      
            F. Cara Pengenalan dan Pembaiatan Tarekat Akmaliyyah         
04. Pangeran Arya Bangah (Sunan Ngadiluwih)                                    
A. Cerita Babad                                                                                  
            B. Padepokan Badal Cikal Bakal Pondok Pesantren                
            C. Anak Cucu Pangeran Ngadiluwih                                        
            D. Temuan Arkheologi                                                             
            E. Makna Tradisi Ziarah                                                                      
05. Pangeran Jaka Piturun (Bhatoro Katong)                                        
A. Naskah Babad                                                                                
            B. Mandat Dan Kebuntuan Diplomasi                                      
            C. Memanfaatkan Konsep Ajaran Lokal Jawa                         
D. Pencerahan dan Sahadatain                                                 
            E. Pengamal Ajaran Tarekat Akmaliyyah
D. Jejak Sejarah Kebesaran                            
            F. Memburu Barokah Makam Keramat Wali   
06. Pangeran Pandan Arum (Kyai Ageng Pengging)                             
A. Cerita Babad dan Tutur                                                                   
            B. Wawasan Rohani dan Kualitas Batin                                    
            C. Tafsir Mistik Surat al-Fatehah                                                         
            D. Intrik dan Siasat Memperebutkan Kekuasaan                                  
            E. Jejak Sang Pangeran dan Islam Jawa                                               
            F. Petilasan Keramat Kyai Ageng Pengging                                          
07. Prabu Siliwangi Pajajaran (Raja Pandita Mukmin)                                     
A. Asal Usul Keturunan                                                                                              
B. Anak Keturunan                                                                                         
            C. Islamnya Prabu Siliwangi                                                                
            D. Wangsit Siliwangi                                                                                       
08. Pangeran Bratalegawa (Syaikh Baharuddin al-Jawi)                                    
            A. Asal Usul Keturunan                                   
            B. Mengembara Mencari Jati Diri                                                                     
            C. Gelar Sunan Rahmad Dan Menjadi Guru Bangsa                             
            D. Peletak Dasar Tradisi Islam Di Tatar Sunda                                     
            E. Tokoh Haji Pertama Di Tatar Sunda                                                
            F. Tinggalan Arkeologi                                                                         
            G. Tradisi Ziarah dan Ngalab Berkah                                                   
09. Prabu Barosngora (Sembah Dalem Panjalu)                                                           
A. Asal-Usul Keturunann                                                                                 
            B. The Missing Link Dan Aktivitas Politik                                                         
            C. Membangun Ajaran Tauhid                                                             
D. Ajaran Kepanjaluan dan Tarekat Syadziliyyah                                 
            E. Tradisi Sakral Nyangku Di Nusa Gede                                                        
10. Prabu Mundingwangi (Syaikh Jambu Karang)                                            
            A. Cerita Babad                                                                                              
            B. Mencari Keteraturan Dalam Sejarah Lokal                                      
            C. Transformasi Tembang Dolanan Jawa                                                          
            D. Pengamal Tarekat Naqsyabandiyyah                                                           
            E. Tinggalan Arkeologi                                                                         
11. Prabu Guru Aji Sakti Putih (Dalem Tembong Agung)
A. Asal Usul Keluarga                                                                         
            B. Pengembaran Sang Penakluk Mencari Jati Diri                                 
            C. Mahkota Kejayaan Dan Pembenahan Keraton                                
            D. Pelindung Posisi  Para Bangsawan Sunda                                        
            E. Kekuatan Gaib Dan Asal-Usul Sebuah Tempat                                
            F. Ajaran dan Pemikiran Sang Pangeran                                                           
G. Ziarah Kepada Prabu Guru Aji Putih                                                           

NASKAH KEEMPAT berjudul: “WALI EMPAT PULUH” (Menelusuri Jejak Para Wali Dan Leluhur Dari Zaman ke Zaman) yang  DAFTAR ISI nya antara lain:

1. SYAIKH SYUBAQIR (Abdul Ghofur) Penataran Blitar                  
2. MAULANA ABU SYAMSUDDIN (Pangeran Mekkah) Kediri      
3. SYAIKH ALI AKBAR SAGALOR Ngantang  Malang
4. LAKSAMANA CHENG HO (Zheng He) Gunung Bolo T.Agung
5. SYAIKH QURO (Syaikh Hasanuddin al Champi) Pulobata             
6. SYAIKH NURJATI (Datuk Kahfi) Amparan Jati Cirebon                           
7. SYAIKH BAYANULLAH (Datuk Mahuyun) Sampiran Cirebon   
8. SAYID JAMALUDDIN HUSEIN (Jumad al Kubro Awwal) Wajo 
9. SYAIKH NHAMPO CHAMPI (Dalem Sukadomas) Trowulan                   
10. SYAIKH DADA PETAK (Panembahan Bromo) Probolinggo       
11. SYAIKH JUMAD AL-KUBRA TSANI Troloyo Trowulan                      
12. SUNAN TUMASIK (Syaikh Ibrahim Asmarakhandi) Tuban                     
13. MAULANA ISKHAQ  (Syaikh Wali Lanang) Trowulan               
14. SUNAN BEJAGUNG (Syaikh Abdullah Asy’ari) Tuban                           
15. SYAIKH MAULANA MALIK IBRAHIM Gresik                                   
16. MAULANA MALIK ISRO’IL AL GHARNATAH Gn Santri Banten       
17 SAYID ALI AKBAR AL PASEH (Dalem Panjalu) Ciamis             
18. SYAIKH ABDULLAH QUDBUDDIN Wonosobo                                  
19. SYAIKH USMAN NAJIB AL-HAMBAYYA Ungaran               
20. SYAIKH ABDURRAHMAN MUTTAQI Batu Tulis Bogor                      
21. SYAIKH LEMAH ABANG (Datuk Abdul Jalil) Cirebon
22. SYAIKH ABDUL QODIR AL-SINNI (Tan Kim Han) Troloyo    
23. SUNAN AMPEL DENTA (Sayid Rahmatullah) Surabaya             
24. SUNAN GIRI (Dalem Prabu Satmoto) Gunung Tukangan Gresik  
25. BONANG (Syaikh Mahdzum Wali Wahdah) Tuban                                  
26. SUNAN DRAJAT (Raden Qosim) Drajat Lamongan                                
27. SUNAN GUNUNG JATI (Syarif Hidayatullah) Cirebon                
28. SUNAN KALIJAGA (Syaikh Malaya) Gunung Bedalem T.agung  
29. SUNAN KUDUS (Syaikh Ja’far Shodiq) Kauman Kudus             
30. SUNAN MURIA (Raden Muhammad Sa’id) Gunung Muria Kudus           
31. SUNAN BENTONG (Maulana Ifdhil Hanafi) Gunung Jati             
32. SUNAN RANGGA PAKU (Sri Mangana) Gunung Sembung                    
33. SUNAN PENGGING (Syaikh Pandan Arum) Boyolali                  
34. SUNAN SASMITA (Syaikh Abdurrahman) Plangon Cirebon        
35. KANJENG SUNAN MAJAGUNG (Syaikh Abu Hurairah)                      
36. SUNAN LEMBAYUNG FADHAL (Raja Pandita) Gresik            
37. SUNAN NGUDUNG (Syaikh Ja’far Usman) Trowulan                 
38. SUSUHUNAN KHATIB AHMAD Ampel Surabaya                                            
39. SYAIKH MAULANA MAGHROBI Wonobodro Alas Roban     
40. SUNAN LAMONGAN (Syaikh Hisyamuddin) Lamongan            

NASKAH KE V: “ Tokoh Hadrami-Cina-Islam Jawa”.
NASKAH KE VI: “Kitab Telesan dan Islam Kejawen”.
NASKAH KE VII: ”Mengurai Tarekat Akmaliyyah dan Mistik Islam Kejawen”
NASKAH KE VIII: “Intelektualisme Pondok Pesantren Gebang Tinatar [Potret Kanjeng Kyai Ageng Khasan Besyari serta Cakrawala Pemikirannya]”
NASKAH KE IX: “Raden Ngabehi Ranggawarsita Menyingkap Intisari Segala Rahasia”.
NASKAH KE X: “Syaikh Jumadil Kubra: Dari Majapahit Menuju  Ampel Denta”
NASKAH KE XI: “Syaikh Siti Jenar dan Tarekat Akmaliyyah”. (Tiga Jilid)
NASKAH KE XII: “Sayyid Ali Al-Paseh [Sembah Dalem Panjalu] dan Tarekat Syadziliyyah”.
NASKAH KE XIII: “Penyebaran Tarekat Akmaliyah Di Nusa Jawa dan dan Tokoh-tokohnya”.
NASKAH KE XIV: “Napak Tilas  Wali Tujuh Nusa Bali Dan Wisata Ziarah”.
NASKAH KE XV: “Menelusuri Jejak Situs Kramat Sepanjang Sejarah Madura & Wisata Ziarah”.

               Harapan penulis, semoga buku buku tersebut diatas bermanfaat bagi ummat Islam pada umumnya dan ummat Islam Indonesia pada khususnya. Buku ini tidak akan pernah tersusun atau kurang lebih terselesaikan, tanpa bantuan orang lain, mulai dari kedua orang tua penulis sendiri, keluarga, pada guru pembimbing rohani, hingga teman-teman, sahabat yang peduli dengan dunia penelitian keilmuan Islam, khususnya kajian biografi para tokoh Islam awal.
               Ucapan terima kasih, secara khusus saya haturkan kepada  Ayahanda penulis Kyai Haji Mu’asir Zubaidi dan Ibunda Nyai Hajjah Maslikhah yang keduanya di istirahatkan di sebuah komplek makam Auliya’ di Dukuh Tambak Desa Ngadi Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Jawa Timur. Beliau berdua ditengah keprihatinan dan himpitan ekonomi yang menyesakkan tidak henti-hentinya setiap tengah malam selalu bersujud kepada Allah Swt memohonkan keselamatan dan kesuksesan untuk anak-cucu dan jama’ahnya. Tanpa dorongan kekuatan doa, keridloan dan rasa kasih sayang yang sangat mendalam mustahil karya ini bisa hadir dihadapan public. Tak kalah pentingnya penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada KH Syamsul Ma’arif (Gus Arief) Pengasuh Majelis Dzikirul Ghofilin Jakarta dan Ir. Alfan Riyanto MTec yang penuh pengertian dalam hal pendanaan membuat beban lebih ringan untuk menyelesaikan tugas berat ini.
               Kedua, guru pembimbing rohani saya, yang dengan ikhlas telah membimbing penulis, yaitu Kanjeng Kyai Ahmad Khasan Anom Tegalsari Ponorogo (Ndoro Ahmad), Romo Kyai Sirodj al-Haj Tulungagung  (Mursyid Tarekat Akmaliyyah), Romo Kyai Imam Suhadi Al-Haj Nganjuk (Mursyid Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), Romo Kyai Rahwin Gampengrejo Sawo Ponorogo (Mursyid Tarekat Syathoriyyah), Romo Kyai Ahmad Hasan Malo Jetis Ponorogo (Mursyid Tarekat Akmaliyyah), Kanjeng Kyai Imam Puro Demangan Ponorogo (Mursyid Tarekat Rifa’iyyah), Romo Kyai Hambali Puh Beluk Dolopo Madiun (Mursyid Tarekat Qubrowiyyah), Buya Dimyati Cadasari Banten (Mursyid Tarekat Syadziliyyah), Mama Kyai Haji Muhammad Qosim Astana Gunung Jati Cirebon (Mursyid Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), Mama Kyai Haji Abdullah Abbas Buntet Cirebon (Mursyid Tarekat Syathoriyyah) serta Buya Tubagus Jauhari al-Bantani Kelapa Dua Jakarta (Mursyid Nurul Amal) yang telah memberikan pencerahan-pencerahan dalam kalbu saya.
               Terima kasih khusus berhak dipersembahkan buat Hadratusy Syeikh Hamim Jazuli Ploso-Mojo Kediri (Mursyid Tunggal Majelis Sema’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin) dan Rama Sayyid Rahmat Iman Kusumadibrata Cirebon (Mursyid Majelis Hayatul Awwal). Beliau berdua yang telah menjadi guru spiritual penulis selama puluhan tahun. Kebanyakan dari apa yang penulis ketahui mengenai “kehidupan” penulis pelajari darinya. Beliau juga yang pertama menekankan nilai menjadi “seorang lain dari pada yang lain” dan telah membimbing untuk lebih menggalakkan “ibadatul qalbi” dan “eling maring Allah”. Beberapa komentarnya yang berkaitan dengan kesejarahan dan situs makam di Jawa telah memberi spirit moral dan intelektual untuk meneruskan proyek riset ini.  Juga kepada Habib Luthfi Al-Yahya, Ulama Khawwash asal kota batik Pekalongan yang juga Mursyid Tarekat Syadziliyyah, penulis juga mengucapkan terima kasih.Tanpa disadari Ulama yang masih keturunan Nabi Muhammad Saw ini begitu bersemangat mendiskusikan para Wali Jawa dan tokoh tanah leluhur. Bahkan Habib menyarankan sejarah Para Wali jangan ditulis melulu aspek mistis dan kleniknya saja, tetapi juga menyangkut sejarah sosial dan intelektual mereka.Komentarnya ini diam-diam memberi energi buat penulis untuk menulis risalah kecil ini.
               Rasa terima kasih ini juga ingin penulis haturkan kepada Mbahe para Sarkub “santri kuburan”, Mbah Kyai Shobib Jepara.Untuk profesi yang satu ini belum ada yang menyamai rekornya yang dari ujung timur alas purwo Banyuwangi sampai ujung kulon Banten, dalam kurun lebih 40 tahun pernah beliau jelajahi. Secara terbuka sosok yang dikenal suka “berkelakuan nganeh-ngenehi ini” ini begitu ikhlas menunjukkan situs-situs purbakala dan tokoh-tokoh tanah leluhur “wabil khusus di Jawa”.
               Yang tidak kalah pentingnya pada kesempatan ini, penulis juga ingin berterima kasih secara tulus kepada K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang  dengan senang hati menerima penulis baik di kantornya PBNU Jakarta di Kramat Raya dan di kediamannya di Ciganjur maupun di lokasi-lokasi khusus untuk  wawancara seputar kesejarahan para penyebar Islam di Indonesia. Beberapa komentarnya tentang keislaman Raja-raja Jawa diakhir pemerintahannya  semisal Sri Prabu Jayabaya, Mahapatih Gajah Mada, Prabu Brawijaya, dan Prabu Siliwangi, sangat berharga buat penulis. Ia lebih dari seorang mantan Presiden atau Kyai, tetapi juga sahabat yang ditengah kesibukannya yang luar biasa, terus mendorong agar penulis bersemangat dalam menggali  proyek penelitian ini.
               Hutang terbesar saya kepada keluarga besar Kanjeng Kyai Ageng Muhammad Besyari Tegalsari Ponorogo, Kyai Haji Syamsuddin, Kyai Haji Qomaruddin dan Mbah Imam Soeja’i  sesepuh masyarakat Tegalsari dan mBahe para Warog Ponorogo. Tanpa bantuan mereka saya tidak akan bisa tinggal didalam lingkungan tembok-tembok pondok pesantren tersebut, yang terbukti nanti sangat penting untuk penelitian saya. Saya tidak cukup mengucapkan terima kasih atas jasa mereka, Mbah Qurmen, Mbah Gandung, Mbah Kacung, Mbah Muslim, Mbah Latif, dan Mbah Sahid adalah sesepuh dan informan utama saya dan menerima kehadiran saya di komunitas mereka , memberikan kesempatan saya untuk mempelajari “kitab-kitab telesannya” antara lain: kitab Akmaliyyah, Syathoriyyah dan Rifa’iyyah, Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Untuk semua ini saya selalu berterima kasih.
               Hutang budi lainnya yang pantas adalah untuk para rekan-rekan yang membantu  dalam proses penulisan dan pengetikan naskah ini, sangat saya hargai. Disamping itu penghargaan saya kepada para Juru Kunci di seluruh tempat-tempat keramat di pulau Jawa, Madura, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Terima kasih juga dihaturkan kepada Dewan Pendiri Yayasan Madinatunnajah Al-Mahmudi yang menerima naskah saya untuk di edit dan memberikan sangat banyak atau hikmah kepada penulis, dan membagi pengetahuannya dengan saya mengenai penulisan naskah.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa studi ini hampir mustahil terwujud tanpa partisipasi dari banyak pihak terutama pihak-pihak yang bersedia menjadi pendorong proyek penelitian ini. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas partisipasinya “mengompori” penulis untuk mempublikasikan karya ini ke hadapan khalayak masyarakat yang lebih luas dalam bentuk buku. Masih banyak lagi nama yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Karena pada dasarnya, buku ini adalah karya banyak orang. Sekecil apapun sumbangan pemikiran, saran, pendapat, moril dan materiil telah diberikan, ia memiliki nilai yang teramat besar. Untuk itu, saya tiadak bisa memberikan balas jasa yang setimpal selain harapan dan doa semoga Allah Swt, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang telah memberikan jasa besar dalam karya ini.
               Allahu ya’khudzu biaidina ila ma fihi khaerun lil islam wal muslimin
                   
Padepokan Gebang Tinatar